
Keteguhan Iman Nabi Ismail dalam Ujian Pengorbanan yang Menggetarkan Hati
Kisah Nabi Ismail ‘alaihissalam adalah salah satu kisah paling menggetarkan dalam sejarah keimanan. Ia menggambarkan bagaimana keteguhan iman, ketaatan, dan kepasrahan total kepada Allah ﷻ mampu melampaui rasa takut, cinta dunia, bahkan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.
Ujian besar itu datang ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapat perintah melalui mimpi untuk menyembelih putranya, Ismail. Mimpi itu bukan sekadar bunga tidur ia adalah wahyu dari Allah yang menguji sejauh mana ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.
Allah ﷻ menceritakan kisah agung ini dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Ismail menjawab: ‘Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’”
(QS. As-Saffat: 102)
Jawaban Nabi Ismail adalah bentuk keimanan yang luar biasa. Ia tidak ragu, tidak menolak, dan tidak mempertanyakan perintah Allah. Padahal, perintah itu menyangkut nyawanya sendiri. Ketundukannya menjadi simbol pengorbanan sejati seorang mukmin yang menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah ﷻ.
Keteguhan iman Nabi Ismail ‘alaihissalam mengajarkan bahwa cinta kepada Allah harus berada di atas segalanya. Dalam kehidupan modern yang penuh godaan, kisah ini mengingatkan kita untuk tidak goyah dalam ketaatan dan tidak menukar iman dengan kesenangan dunia yang fana.
Semoga kita semua mampu meneladani keteguhan hati Nabi Ismail dalam menghadapi ujian hidup, agar kita menjadi hamba yang ikhlas, sabar, dan senantiasa tunduk kepada kehendak Allah ﷻ.