Doa Nabi Musa Saat Menghadapi Kezaliman Firaun dan Kekuatan Tawakal kepada Allah

Kisah Nabi Musa ‘alaihissalam adalah salah satu kisah penuh hikmah yang diabadikan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an. Ia bukan hanya kisah tentang mukjizat tongkat yang membelah lautan atau kekalahan Firaun yang sombong, tetapi juga tentang kekuatan doa dan keteguhan iman seorang nabi ketika menghadapi kekuasaan yang zalim.

Nabi Musa diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada Firaun penguasa Mesir yang mengaku sebagai tuhan. Firaun adalah simbol kesombongan manusia yang menolak kebenaran meski tanda-tanda kebesaran Allah telah jelas di hadapannya. Dalam menghadapi ancaman dan kekejaman Firaun, Nabi Musa tidak bersandar pada kekuatan fisik, melainkan pada doa dan pertolongan Allah ﷻ.

Ketika Nabi Musa merasa berat menghadapi tugas besar itu, beliau berdoa dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati sebagaimana firman Allah ﷻ:

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي۝ وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي۝ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي۝ يَفْقَهُوا قَوْلِي

“(Musa) berkata, ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.’”
(QS. Taha: 25–28)

Doa ini menjadi simbol doa seorang mukmin ketika dihadapkan pada urusan yang sulit dan menakutkan. Nabi Musa tidak meminta agar Allah menghancurkan Firaun secara langsung, tetapi memohon agar dirinya diberi kekuatan batin, kelapangan dada, dan kemudahan dalam menyampaikan kebenaran. Inilah wujud ketawakalannya yang sejati.

Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan dan ketidakadilan, doa Nabi Musa menjadi pengingat bagi kita untuk selalu bersandar kepada Allah ketika menghadapi kezaliman dan kesulitan. Jangan pernah takut dengan kekuatan manusia, sebab pertolongan Allah selalu datang kepada hamba-Nya yang bertawakal dan beriman.

Semoga kita mampu meneladani keteguhan Nabi Musa ‘alaihissalam dalam berdoa dan berserah diri, hingga hati kita selalu kokoh dalam menghadapi setiap ujian hidup.

Add a Comment

Butuh Bantuan?
1